Mengenal 2 Jenis Bata Ringan, AAC dan CLC
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua jenis bata
ringan yang biasa digunakan untuk membuat dinding bangunan. Di antaranya
meliputi bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan bata ringan
CLC (Cellular Lightweight Concrete). Nah, pada kesempatan kali ini mari
kita bersama mengenal lebih jauh tentang masing-masing bata ringan
tersebut dan perbandingannya.
Bata Ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete)
Bata ringan
berjenis AAC terbuat dari pasir silika, semen, kapur, dan air.
Bahan-bahan tersebut lantas dicampurkan sedemikian rupa, lalu dimasukkan
ke dalam mesin autoclaved. Pemrosesan dengan mesin ini dilakukan
menggunakan uap bertekanan tinggi yang bersuhu 200 derajat celcius
sehingga memicu terjadinya reaksi antara pasir silika dan kapur.
Hasilnya berupa bata yang memiliki pori-pori udara di dalamnya sehingga
berbobot lebih ringan.
Berat jenis bata ringan AAC kurang lebih sekitar 650
kg/m3. Walaupun mempunyai pori-pori di dalamnya, material ini tidak
menyerap air karena pori-porinya tidak saling berhubungan. Bahkan bata
ringan AAC termasuk bahan bangunan yang
memiliki daya serap air yang rendah. Lebih lanjut bata ringan AAC juga
mempunyai densitas terendah, rasio kepadatan yang baik, dan kuat
tekannya tinggi.
Bata Ringan CLC (Cellular Lightweight Concrete)

Bahan baku yang dipakai untuk membuat bata ringan CLC
yaitu semen, pasir, foam (busa organik), dan air. Kebanyakan produsen
memanfaatkan semen portland, meski penggunaan semen lain pun tidak
terlalu bermasalah. Untuk pasirnya, pilih pasir sungai yang berukuran 4,
6, atau 8 mm tergantung tingkat kepadatan bata ringan yang diharapkan.
Penambahan foam berfungsi sebagai media untuk membungkus
gelembung-gelembung udara agar terjebak di dalam bata ringan.
Kualitas suatu hasil produksi bata ringan CLC bisa
disesuaikan dengan mudah, mulai dari tingkat masa jenisnya 350-1.800
kg/m3 hingga berat jenisnya 1,5-30 N/m2. Namun tingkat kepadatan yang
umum digunakan ialah 1.200 kg/m3. Karena daya serapnya terhadap air
sangat minim, baja yang dipasang di dalam bata ringan ini pun tidak
perlu dilapisi cat antikarat. Selain itu bata ringan CLC juga mempunyai
beberapa kelebihan seperti bisa dipaku, mudah dipotong, daya isolasinya
lebih tinggi, dan tahan terhadap api.
Perbandingan Bata Ringan AAC dan CLC
Di bawah ini merupakan perbandingan antara bata ringan AAC dan CLC, antara lain :
- Bata ringan AAC memiliki warna putih karena bahan bakunya berasal dari pasir silika dan kapur. Sedangkan bata ringan CLC berwarna abu-abu sebab adanya penambahan pasir sungai atau pasir tambang.
- Dalam ukuran dimensi yang sama, bata ringan AAC mempunyai bobot yang lebih ringan daripada bata ringan CLC. Penyebabnya terletak pada material penyusun yang berbeda dan proses pengolahannya pun berbeda pula.
- Pembuatan bata ringan CLC umumnya dibuat menggunakan sarana dan prasarana yang berteknologi modern sehingga kapsaitas produksinya dapat dijaga dengan baik. Di sisi lain, bata ringan AAC yang biasanya dibuat oleh industri rumahan memakai peralatan yang seadanya, maka kapasitas produksinya pun tidak begitu besar dan tidak stabil.
- Untuk memasang bata ringan AAC dan CLC membentuk dinding bangunan membutuhkan bahan perekat yang tidak sama. Pemasangan bata ringan AAC harus menggunakan semen khusus yakni mortar/thinbed. Sementara bata ringan CLC bisa dipasang memakai semen biasa.
- Dari segi harga, banderol yang melabeli bata ringan AAC dan bata ringan CLC sebenarnya tidak terlalu jauh. Kebetulan saat ini harga bata ringan AAC berkisar antara Rp750 ribuan/m3 dan harga bata ringan CLC kurang lebih sekitar Rp760 ribuan/m3. Namun bisa saja suatu saat harga AAC bisa lebih mahal ketimbang CLC, begitupun sebaliknya.
- Dipasaran jenis yang paling umum ditemukan adalah AAC sedangkan jenis bata ringan CLC sangat jarang ditemukan stock di toko-toko bangunan. Hal ini mengingat stock tidak banyak dan ketersediaan material dasar yang kurang stabil.