ANTARA BATA MERAH DENGAN BATA RINGAN
Penggunaan
bata merah sebagai bahan pengisi dinding sudah jamak kita lihat diberbagai
bangunan dari dulu hingga kini. Bahan material ini, hingga sekarang sepertinya
masih punya tempat dihati masyarakat kendati sudah banyak gempuran teknologi Sipil dengan berbagai rekayasa konstruksi seperti bata ringan. Cukup bisa
dimaklumi, bahwa bata merah masih lebih banyak digunakan dari pada bata ringan,
karena selain sudah teruji kekuatannya, juga mendapatkannya pun tidak susah.


Hampir
disetiap daerah menggunakan bata merah ini sebagai salah satu bahan konstruksi
bangunan. Bata merah dengan ukuran 24x12x6 cm cukup murah dan mudah didapat,
merupakan bata konvensional yang memiliki bahan dasar berupa tanah liat
(lempung), dimana proses pembuatannya biasanya dilakukan secara tradisional
(manual) atau jika merupakan industri kadang ada yang dikerjakan di pabrik,
meskipun pabriknya pun menggunakan mesin yang tradisional. Karena pembuatan
bata yang manual, ukuran maupun bentuk tekstur dari bata tersebut sering tidak
presisi. Tetapi karena memang berada didalam dinding, kadang hal ini tidak
merupakan masalah.
Teknologi sipil terus berkembang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Atas latar belakang inilah, diciptakannya
bata ringan. Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki
sifat kuat, tahan air dan api, awet (durabel) yang dibuat di pabrik menggunakan
mesin. Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik.
Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah
bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa
material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Kemudian
pertanyaan yang beredar dimasyarakat tentunya adalah apakah bata ringan sudah
bisa menggantikan bata merah baik tinjauan dari harga, kekuatan, kemudahan
mendapatkannya, motode pemasangan dan lain-lain. Agar lebih dalam, mari kita
bedah satu-satu agar kita bisa mengetahui kelebihan dan kelemahan
masing-masing.
BATA MERAH
Bahan bangunan ini terbuat dari tanah liat dan mineral-mineral lain yang
dibentuk dalam ukuran tertentu, biasanya 24x12x6 cm. Dicetak dengan ukuran
tersebut, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah melewati proses
pengeringan, bata merah itu dibakar dalam tungku untuk membuatnya kuat dan
tahan lama. Bata merah yang bagus akan keras, tahan api, tahan terhadap
pelapukan, dan cukup murah, sehingga berperan penting dalam membuat dinding dan
lantai.

Spesifikasi batu merah
• Berat jenis kering (ρ) : 1500 kg/m3
• Berat jenis normal (ρ) : 2000 kg/m3
• Kuat tekan : 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978)
• Konduktifitas termis : 0,380 W/mK
• Tebal spesi : 20 – 30 mm
• Ketahanan terhadap api : 2 jam
• Jumlah per luasan per 1 m2 : 70 - 72 buah dengan construction waste
Kelebihan Bata Merah
- Tidak memerlukan keahlian
khusus untuk memasang.
- Ukurannya yang kecil memudahkan
untuk pengangkutan.
- Mudah untuk membentuk bidang
kecil
- Murah harganya
- Mudah mendapatkannya
- Perekatnya tidak perlu yang
khusus.
- Tahan Panas, sehingga dapat
menjadi perlindungan terhadap api.
Kekurangan
Bata Merah
- Sulit untuk membuat pasangan
bata yang rapi
- Menyerap panas pada musim panas
dan menyerap dingin pada musim dingin, sehingga suhu ruangan tidak dapat
dikondisikan atau tidak stabil.
- Siarnya besar-besar cenderung
boros dalam penggunaan material perekatnya.
- Kualitas yang kurang beragam
dan juga ukuran yang jarang sama membuat waste-nya dapat lebih banyak.
- Karena sulit mendapatkan
pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang cukup tebal untuk
menghasilkan dinding yang cukup rata.
- Waktu pemasangan lebih lama
dibandingkan bahan dinding lainnya.
- Berat, sehingga membebani
struktur yang menopangnya.
- Bata merah menimbulkan beban
yang cukup besar pada struktur bangunan.
BATA RINGAN
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua jenis bata ringan yang biasa
digunakan untuk membuat dinding bangunan. Di antaranya meliputi bata
ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan bata ringan CLC (Cellular
Lightweight Concrete). Nah, pada kesempatan ini , Kami gunakan yang umum di pasaran adalah Bata Ringan jenis AAC.
Material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet
(durable) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Bata ini cukup ringan, halus
dan memiliki tingkat kerataan permukaan yang baik. Bata ringan diciptakan
dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah bangunan konstruksi,
mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada
saat proses pemasangan dinding berlangsung.
Memiliki panjang 60 cm, tinggi 20-40 cm dan tebal bervariasi 75,100, 125, 150, 175, 200 mm. Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan
alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).
Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam.
Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai
pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium
pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan
yang diinginkan. Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran.

Spesifikasi
• Berat jenis kering : 520 kg/m3
• Berat jenis normal : 650 kg/m3
• Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
• Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
• Tebal spesi : 3 mm
• Ketahanan terhadap api : 4 jam
• Jumlah per luasan per 1 m2 : 22 - 26 buah tanpa construction waste.
Kelebihan Bata Ringan
- Memiliki ukuran dan kualitas
yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding yang rapi.
- Tidak memerlukan siar yang
tebal sehingga menghemat penggunaan perekat.
- Lebih ringan dari pada bata
biasa sehingga memperkecil beban struktur.
- Pengangkutannya lebih mudah
dilakukan.
- Pelaksanaannya lebih cepat
daripada pemakaian bata biasa.
- Tidak diperlukan plesteran yang
tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
- Kedap air, sehingga kecil
kemungkinan terjadinya rembesan air.
- Mempunyai kekedapan suara yang
baik.
- Kuat tekan yang tinggi.
- Mempunyai ketahanan yang baik
terhadap gempa bumi.
Kekurangan
bata ringan
- Karena ukurannya yang besar,
untuk ukuran tanggung, membuang sisa cukup banyak.
- Perekatnya khusus. Umumnya
adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan.
- Diperlukan keahlian khusus
untuk memasangnya, karena jika tidak dampaknya sangat kelihatan.
- Jika terkena air, maka untuk
menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata
biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum kering maka akan timbul
bercak kuning pada plesterannya.
- Harga relatif lebih mahal
daripada bata merah.
- Agak susah mendapatkannya.
Hanya toko material besar yang menjualbata ringan ini dan penjualannya pun
dalam volume besar.
PERBANDINGAN HARGA BAHAN
Untuk Bata Merah Pres Mesin harga per buah adalah Rp 750,- sedangankan
bata merah proses tangan harga per buahnya adalah Rp 550 - 625. Dalam 1 m2 dinding
bata merah membutuhkan sekitar 70 bata. Jadi 1m2 dinding bata ringan butuh
bahan senilai Rp 350 x 70 bata atau senilai Rp. 38.500,-. Bahan lain yang
diperlukan adalah semen PC sebanyak 14 kg dan pasir pasang sebanyak 0,04 m3.
Jadi 1 m2 bata merah butuh bahan sebagai berikut
- 70 bata x Rp. 550 = Rp. 38.500,-
- 14 Kg Semen PC x Rp. 1.450 =
Rp. 20.300,- (Harga Semen Gresik 50 Kg adalah Rp. 71.500,-)
- 0.04 m3 pasir pasang x Rp.
145.000,- = Rp. 5.800,-
Totalnya 1 m2 dinding menggunakan
bahan bata merah adalah Rp. 64.600,- (tidak termasuk biaya tenaga ) untuk biaya tenaga ditambah kurang lebih 12% - 17% .
Sedangan Bata Ringan ada yang menawarkan dua ukuran. Yakni ukuran 600 x
200 x 100 mm yang dijual sekitar Rp 13.000,- per blok atau Rp 750.000 - 850.000,- per
m3 dan ukuran 600 x 200 x 75 mm harganya sekitar Rp 8.500 per blok atau Rp 710.000 per m3. (1m3 isinya 83 biji). Dalam 1 m2 bidang dinding membutuhkan bata ringan, sebanyak
kurang lebih 8,5 bata ringan. Jadi 1m2 dinding bata ringan butuh bahan senilai
Rp8.500,- X 8,5 bata atau senilai Rp72.250,- per m2. Bahan lain yang
diperlukan bahan perekat berupa semen instant mortar sebanyak 4 kg. Jadi 1m2
bata ringan butuh bahan sebagai berikut ;
- 8,5 bata ringan x Rp. 8.500,-
= Rp. 72.250,-
- 4 kg mortar x Rp. 2.340,- = Rp.
9.360,-
Totalnya 1 m2 dinding menggunakan
bahan bata ringan adalah Rp. 81.610,- atau sekitar Rp. 82.000,-
Perbandingan diatas merupakan perbandingan harga bahan untuk dinding tanpa
plester. Jika menghitung upah pekerja, ongkos tenaga di kisaran 20% maka total biaya kisaran Rp. 98. 500,- . Bisa dilihat bahwa bata
ringan lebih mahal 1.5 kali lipat lebih dari bata merah.
KESIMPULAN
Bata ringan memiliki bobot ringan namun memerlukan bahan yang mahal,
sedangkan bata merah memiliki bobot lebih berat namun biaya pekerjaannya
murah. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa jika pembangunan bangunan rendah
seperti rumah tinggal disarankan untuk memakai material bata merah saja, karena
dapat menekan pengeluaran untuk pekerjaan pasangan dinding.
Sedangkan untuk proyek pembangunan bangunan tinggi disarankan untuk memakai
material bata ringan sebagai pasangan dinding, karena sifatnya yang ringan
dapat mengurangi beban yang membebani konstuksi gedung sehingga dapat
mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk struktur bangunan. (Oleh: Rudi Dewanto, Image dari berbagai
sumber/foto:istimewa)