Rabu, 19 Oktober 2016

PERBANDINGAN BATA MERAH DENGAN BATA RINGAN



ANTARA BATA MERAH DENGAN BATA RINGAN 

Penggunaan bata merah sebagai bahan pengisi dinding sudah jamak kita lihat diberbagai bangunan dari dulu hingga kini. Bahan material ini, hingga sekarang sepertinya masih punya tempat dihati masyarakat kendati sudah banyak gempuran teknologi Sipil dengan berbagai rekayasa konstruksi seperti bata ringan. Cukup bisa dimaklumi, bahwa bata merah masih lebih banyak digunakan dari pada bata ringan, karena selain sudah teruji kekuatannya, juga mendapatkannya pun tidak susah.


 
Hampir disetiap daerah menggunakan bata merah ini sebagai salah satu bahan konstruksi bangunan. Bata merah dengan ukuran 24x12x6 cm cukup murah dan mudah didapat, merupakan bata konvensional yang memiliki bahan dasar berupa tanah liat (lempung), dimana proses pembuatannya biasanya dilakukan secara tradisional (manual) atau jika merupakan industri kadang ada yang dikerjakan di pabrik, meskipun pabriknya pun menggunakan mesin yang tradisional. Karena pembuatan bata yang manual, ukuran maupun bentuk tekstur dari bata tersebut sering tidak presisi. Tetapi karena memang berada didalam dinding, kadang hal ini tidak merupakan masalah.
Teknologi sipil terus berkembang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Atas latar belakang inilah, diciptakannya bata ringan. Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet (durabel) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik.
Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Kemudian pertanyaan yang beredar dimasyarakat tentunya adalah apakah bata ringan sudah bisa menggantikan bata merah baik tinjauan dari harga, kekuatan, kemudahan mendapatkannya, motode pemasangan dan lain-lain. Agar lebih dalam, mari kita bedah satu-satu agar kita bisa mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing.

BATA MERAH
 
 Bahan bangunan ini terbuat dari tanah liat dan mineral-mineral lain yang dibentuk dalam ukuran tertentu, biasanya 24x12x6 cm. Dicetak dengan ukuran tersebut, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah melewati proses pengeringan, bata merah itu dibakar dalam tungku untuk membuatnya kuat dan tahan lama. Bata merah yang bagus akan keras, tahan api, tahan terhadap pelapukan, dan cukup murah, sehingga berperan penting dalam membuat dinding dan lantai.


Spesifikasi batu merah
• Berat jenis kering (ρ) : 1500 kg/m3
• Berat jenis normal (ρ) : 2000 kg/m3
• Kuat tekan : 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978)
• Konduktifitas termis : 0,380 W/mK
• Tebal spesi : 20 – 30 mm
• Ketahanan terhadap api : 2 jam
• Jumlah per luasan per 1 m2 : 70 - 72 buah dengan construction waste

Kelebihan Bata Merah
  1. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang.
  2. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkutan.
  3. Mudah untuk membentuk bidang kecil
  4. Murah harganya
  5. Mudah mendapatkannya
  6. Perekatnya tidak perlu yang khusus.
  7. Tahan Panas, sehingga dapat menjadi perlindungan terhadap api.
Kekurangan Bata Merah
  1. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi
  2. Menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin, sehingga suhu ruangan tidak dapat dikondisikan atau tidak stabil.
  3. Siarnya besar-besar cenderung boros dalam penggunaan material perekatnya.
  4. Kualitas yang kurang beragam dan juga ukuran yang jarang sama membuat waste-nya dapat lebih banyak.
  5. Karena sulit mendapatkan pasangan yang cukup rapi, maka dibutuhkan pelsteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.
  6. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya.
  7. Berat, sehingga membebani struktur yang menopangnya.
  8. Bata merah menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan.
BATA RINGAN
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua jenis bata ringan yang biasa digunakan untuk membuat dinding bangunan. Di antaranya meliputi bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan bata ringan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Nah, pada kesempatan ini , Kami gunakan yang umum di pasaran adalah Bata Ringan jenis AAC.
Material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet (durable) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan permukaan yang baik. Bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. 

Memiliki panjang 60 cm, tinggi 20-40 cm dan tebal bervariasi 75,100, 125, 150, 175, 200 mm. Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam.
 
Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan. Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran.

 

Spesifikasi
• Berat jenis kering : 520 kg/m3
• Berat jenis normal : 650 kg/m3
• Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
• Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
• Tebal spesi : 3 mm
• Ketahanan terhadap api : 4 jam
• Jumlah per luasan per 1 m2 : 22 - 26 buah tanpa construction waste.

Kelebihan Bata Ringan
  1. Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding yang rapi.
  2. Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat.
  3. Lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
  4. Pengangkutannya lebih mudah dilakukan.
  5. Pelaksanaannya lebih cepat daripada pemakaian bata biasa.
  6. Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya ditentukan hanya 2,5 cm saja.
  7. Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
  8. Mempunyai kekedapan suara yang baik.
  9. Kuat tekan yang tinggi.
  10. Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi.
Kekurangan bata ringan
  1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang sisa cukup banyak.
  2. Perekatnya khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan.
  3. Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya, karena jika tidak dampaknya sangat kelihatan.
  4. Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum kering maka akan timbul bercak kuning pada plesterannya.
  5. Harga relatif lebih mahal daripada bata merah.
  6. Agak susah mendapatkannya. Hanya toko material besar yang menjualbata ringan ini dan penjualannya pun dalam volume besar.
PERBANDINGAN HARGA BAHAN
Untuk Bata Merah Pres Mesin harga per buah adalah Rp 750,- sedangankan bata merah proses tangan harga per buahnya adalah Rp 550 - 625. Dalam 1 m2 dinding bata merah membutuhkan sekitar 70 bata. Jadi 1m2 dinding bata ringan butuh bahan senilai Rp 350 x 70 bata atau senilai Rp. 38.500,-. Bahan lain yang diperlukan adalah semen PC sebanyak 14 kg dan pasir pasang sebanyak 0,04 m3. Jadi 1 m2 bata merah butuh bahan sebagai berikut
  • 70 bata x Rp. 550 = Rp. 38.500,-
  • 14 Kg Semen PC x Rp. 1.450 = Rp. 20.300,- (Harga Semen Gresik 50 Kg adalah Rp. 71.500,-)
  • 0.04 m3 pasir pasang x Rp. 145.000,- = Rp. 5.800,-
Totalnya 1 m2 dinding menggunakan bahan bata merah adalah Rp. 64.600,- (tidak termasuk biaya tenaga ) untuk biaya tenaga ditambah kurang lebih 12% - 17% .

Sedangan Bata Ringan ada yang menawarkan dua ukuran. Yakni ukuran 600 x 200 x 100 mm yang dijual sekitar Rp 13.000,- per blok atau Rp 750.000 - 850.000,- per m3 dan ukuran 600 x 200 x 75 mm harganya sekitar Rp 8.500 per blok atau Rp 710.000 per m3. (1m3 isinya 83 biji). Dalam 1 m2 bidang dinding membutuhkan bata ringan, sebanyak kurang lebih 8,5 bata ringan. Jadi 1m2 dinding bata ringan butuh bahan senilai Rp8.500,- X 8,5 bata atau senilai Rp72.250,- per m2. Bahan lain yang diperlukan bahan perekat berupa semen instant mortar sebanyak 4 kg. Jadi 1m2 bata ringan butuh bahan sebagai berikut ;
  • 8,5 bata ringan x Rp. 8.500,- = Rp. 72.250,-
  • 4 kg mortar x Rp. 2.340,- = Rp. 9.360,-
Totalnya 1 m2 dinding menggunakan bahan bata ringan adalah Rp. 81.610,- atau sekitar Rp. 82.000,-
Perbandingan diatas merupakan perbandingan harga bahan untuk dinding tanpa plester. Jika menghitung upah pekerja, ongkos tenaga di kisaran 20% maka total biaya kisaran Rp. 98. 500,- . Bisa dilihat bahwa bata ringan lebih mahal 1.5 kali lipat lebih dari bata merah.

KESIMPULAN
Bata ringan memiliki bobot ringan namun memerlukan bahan yang mahal, sedangkan bata merah memiliki bobot lebih berat namun biaya pekerjaannya murah. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa jika pembangunan bangunan rendah seperti rumah tinggal disarankan untuk memakai material bata merah saja, karena dapat menekan pengeluaran untuk pekerjaan pasangan dinding.

Sedangkan untuk proyek pembangunan bangunan tinggi disarankan untuk memakai material bata ringan sebagai pasangan dinding, karena sifatnya yang ringan dapat mengurangi beban yang membebani konstuksi gedung sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk struktur bangunan. (Oleh: Rudi Dewanto, Image dari berbagai sumber/foto:istimewa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar